Selasa, 06 Juli 2010

silsilah silsilah raja atau tokoh tokoh keraton

raja raja malaysia berdarah bugis
Terdapat hubungan yang istimewa antara Malaysia dengan Indonesia, terutama setelah Jusuf Kalla, yang berasal dari Bone (Bugis Bone) menjadi wakil presiden. Ia memiliki hubungan personal dengan Mantan Wakil PM Malaysia Tun Abdul Razak yang berdarah Bugis dan mendapat gelar adat dari Kerajaan Gowa.
Ketika ribut-ribut soal Ambalat, Presiden SBY mengutus Kalla untuk melakukan “diplomasi Bugis”. Hasilnya malah efektif.
Dalam rangka diplomasi Bugis itu pula, Kalla mendapatkan gelar doktor HC dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Sebaliknya, Tun Razak mendapat gelar doktor dari Universitas Hasanuddin, almamater Kalla dan tempat Kalla menduduki posisi sebagai Ketua IKA Unhas, jabatan yang diembannya sejak organisasi alumni itu berdiri.
Ini berita Antara tentara raja-raja Malaysia berdarah Bugis.
Raja-Raja di Malaysia Berdarah Bugis
Dari sembilan raja yang memerintah di Malaysia, ternyata pada umumnya merupakan keturunan Raja Bugis dari Kerajaaan Luwu, Sulawesi Selatan.

Hal itu terungkap pada Seminar Penelusuran Kerabat Raja Bugis, Sulsel dengan raja-raja Johor-Riau-Selangor, Malaysia di Makassar, Rabu.

“Berdasarkan hasil penelusuran silsilah keturunan dan tinjauan arkeologi diketahui, 14 provinsi di Malaysia, sembilan diantaranya diperintah oleh raja yang bergelar datuk (dato`) atau sultan, sedang empat provinsi lainnya diperintah gubernur yang bukan raja,” kata Prof Emeritus Dato` Dr Moh Yusoff bin Haji Hasyim, President Kolej Teknologi Islam Antarbangsa Melaka.

Menurut dia, dari segi silsilah, kesembilan raja yang memiliki hak otoritas dalam mengatur pemerintahannya itu, berasal dari komunitas Melayu-Bugis, Melayu-Johor dan Melayu-Minangkabau.

Sebagai contoh, lanjutnya, pemangku Kerajaan Selangor saat ini adalah turunan dari Kerjaan Luwu, Sulsel.

Merujuk Lontar versi Luwu` di museum Batara Guru di Palopo dan kitab Negarakerjagama, menyebutkan tradisi `raja-raja Luwu` ada sejak abad ke-9 masehi dan seluruh masa pemerintahan kerajaan Luwu terdapat 38 raja.

Raja yang ke-26 dan ke-28 adalah Wetenrileleang berputrakan La Maddusila Karaeng Tanete, yang kemudian berputrikan Opu Wetenriborong Daeng Rilekke` yang kemudian bersuamikan Opu Daeng Kemboja.

“Dari hasil perkawinannya itu lahir lima orang putra, masing-masing Opu Daeng Parani, Opu Daeng Marewah, Opu Daeng Cella`, Opu Daeng Manambong dan Opu Daeng Kamase,” paparnya sembari menambahkan, putra-putra inilah yang kemudian merantau ke Selangor dan menjadi cikal bakal keturunan raja-raja di Malaysia hingga saat ini.

Lebih jauh dijelaskan, dengan penelusuran sejarah dan silsilah keluarga itu, diharapkan dapat lebih mendekatakan hubungan antara kedua rumpun Melayu yakni Melayu Selangor dan Bugis.

Menurut Moh Jusoff, dari segi kedekatan emosional, silsilah dan genesitas komunitas di Malaysia dan Indonesia tidak bisa dipisahkan. Hanya saja, belum bisa merambah ke persoalan politik karena ranah politik Malaysia berbeda dengan politik Indonesia termasuk mengenai tata pemerintahan dan kemasyarakatannya.

Sementara itu, Andi Ima Kesuma,M.Hum, pakar kebudayaan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) yang juga Kepala Museum Kota Makassar mengatakan, kekerabatan keturunan raja-raja di Malaysia dan raja-raja Bugis di Sulsel tertuang dalam Sure` Lagaligo maupun dalam literatur klasik lainnya.

“Hanya saja, gelaran yang dipakai di tanah Bugis tidak lagi digunakan di lokasi perantauan (Malaysia) karena sudah berasimilasi dengan situasi dan kondisi di lokasi yang baru,” katanya.

Gelar Opu dang Karaeng yang lazim digunakan bagi keturunan raja rai Luwu dan Makassar tidak lagi dipakai di Malaysia melainkan sudah bergelar tengku, sultan atau dato`


Garis masa Kesultanan Kedah

* 1136: Sultan Al-Mudzafar Shah I (1136 - 1179)
* 1179: Sultan Mu'adzam Shah (1179 - 1202)
* 1202: Sultan Muhammad Shah (1202 - 1236)
* 1236: Sultan Muzzil Shah (1236 - 1280)
* 1280: Sultan Mahmud Shah (1280 - 1321)
* 1321: Sultan Ibrahim Shah (1321 - 1373)
* 1373: Sultan Sulaiman Shah I (1373 - 1423)
* 1423: Sultan Ataullah Muhammad Shah I (1423 - 1473)
* 1473: Sultan Muhammad Jiwa Zainal Adilin Mu'adzam Shah I (1473 - 1506)
* 1506: Sultan Mahmud Shah II (1506 - 1547)
* 1547: Sultan Mudzaffar Shah II (1547 - 1602)
* 1602: Sultan Sulaiman Shah II (1602 - 1626)
* 1626: Sultan Rijaluddin Muhammad Shah (1626 - 1652)
* 1652: Sultan Muhyiddin Mansor Shah (1652 - 1662)
* 1662: Sultan Dhiauddin Mukarram Shah I (1662 - 1688)
* 1688: Sultan Ataullah Muhammad Shah II (1688 - 1698)
* 1698: Sultan Abdullah Mu'adzam Shah I (1698 - 1706)
* 1706: Sultan Ahmad Tajuddin Halim Shah I (1706 - 1710)
* 1710: Sultan Muhammad Jiwa Zainal Adilin Mu'adzam Shah II (1710 - 1778)
* 1778: Sultan Abdullah Mukarram Shah II (1778 - 1797)
* 1797: Sultan Dhiauddin Mukarram Shah II (1797 - 1804)
* 1804: Sultan Ahmad Tajuddin Halim Shah II (1804 - 1845)
* 1845: Sultan Zainal Rashid Mu'adzam Shah I (1845 - 1854)
* 1854: Sultan Ahmad Tajuddin Mukarram Shah II (1854 - 1879)
* 1879: Sultan Zainal Rashid Mu'adzam Shah I (1879 - 1881)
* 1882: Sultan Abdul Hamid Halim Shah (1882 - 1943)
* 1943: Sultan Badlishah (1943 - 1958)
* 1958: Sultan Haji Abdul Halim Mu'adzam Shah (1958 -)


sultanate of selangor
Sultan-Sultan Selangor[1] Bilangan Sultan Pemerintahan
1 Raja Lumu bin Daeng Chelak 1743 - 1766
2 Tuanku Salehuddin Shah ibni al-Marhum Yamtuan Muda Daeng Chelak (Raja Lumu) 1766 - 1778
3 Tuanku Ibrahim Shah ibni al-Marhum Sultan Salehuddin Shah 1778 - 1826
4 Tuanku Muhammad Shah ibni al-Marhum Sultan Ibrahim Shah 1826 - 1857
5 Tuanku Abdul Samad ibni al-Marhum Raja Abdullah 1857 - 1898
6 Raja Mahmud ibni al-Marhum Sultan Muhammad Shah (pemangku raja) 1857 - 1859
7 Tuanku Alaeddin Sulaiman Shah ibni al-Marhum Raja Muda Musa 1898 - 1938
8 Tuanku Hisamuddin Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Alaeddin (kemahkotaan pertama) 1938 - 1942
9 Tuanku Musa Ghiathuddin Riayat Shah ibni al-Marhum Sultan Alaeddin Sulaiman Shah 1942 - 1945
10 Tuanku Hisamuddin Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Alaeddin Sulaiman Shah (kemahkotaan kedua) 1945 - 1960
11 Tengku Salahuddin Shah (pemangku raja) 1960 - 1960
12 Tuanku Salehuddin Abdul Aziz Shah ibni al-Marhum Hisamuddin Alam Shah 1960 - 2001
13 Tengku Idris Shah (pemangku raja) 1999 - 2001
14 Sharafuddin Idris Shah ibni al-Marhum Sultan Salehuddin Abdul Aziz Shah 2001 -


Raja Pagaruyung yang bertahta saat ini Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung, H.S.M. TAUFIQ THAIB, SH (Tuanku Mudo Mahkota Alam)

Silsilah Raja Pagaruyung yang lain :
Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagar Syah, Raja Alam Pagaruyung

Yang Di Pertuan Sultan Alam Muningsyah

Rajo Tigo Selo

Yang Dipertuan Gadis

-----------negeri Sembilan-------------
Berdasarkan namanya Negeri Sembilan memiliki keunikan tersendiri. Nama ini berasal dari istilah dari tanah leluhur Minangkabau "nagari" yang bermaksud penempatan yang mengandungi beberapa buah "koto" . Yang berarti Gabungan sembilan buah negeri (nagari) yang diketuai sembilan orang penghulu yang menobatkan Raja Melawar. Negeri2 tersebut terdiri dari Sungai Ujong, Rembau, Johol, Jelebu, Naning, Segamat, Ulu Pahang, Jelai dan Kelang.

Kerajaan Negeri Sembilan baru terbentuk setelah runtuhnya kerajaan Melayu Malaka dan Johor. Raja Melewar berasal dari Minangkabau diangkat pada tahun 1773 oleh Datuk-datuk Penghulu Luak (waktu itu belum bergelar Undang) di Kampung Penajis, Rembau. Sebelumnya Negeri Sembilan berada di bawah pemerintahan Sultan Johor, tetapi Luak-luak di Negeri Sembilan ada di bawah perintah Penghulu masing-masing dengan dibantu oleh Lembaga dan Buapak. Sistem pemerintahan negeri dapat dikatakan satu pemerintahan yang bercorak demokrasi yang berbentuk tear system. Dikatakan dalam sebuah ungkapan,

suatu saat anak buah menjadikan Bapak
suatu saat Bapak menjadikan Lembaga

suatu saat Lembaga menjadikan Penghulu
suatu saat Penghulu menjadi Raja'

Sebelum Malaysia mencapai kemerdekaan seperti halnya negeri-negeri Melayu yang lain, Negeri Sembilan adalah sebuah negeri yang dijajah sejak Yamtuan (Yang Dipertuan) Antah, dikalahkan dalam perang Bukit Putus pada tahun 1874. Resminya Negeri Sembilan bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Inggris (protektorat), dan diperintah oleh (British High Commissioner).

Silsilah Raja Negeri Sembilan
RAJA MELEWAR 1773-1795
YAM TUAN HITAM 1795-1808
YAM TUAN LENGGANG 1808-1824
RAJA RADIN 1824-1861
YANG DIPERTUAN IMAM 1861-1869
YAM TUAN ANTAH 1872-1888
TUANKU MUHAMMAD 1888-1933
TUANKU ABDUL RAHMAN 1933- 1960
TUANKU MUNAWIR 1960- 1967
TUANKU JAAFAR 1967 - 2008 dengan gelar Yang Maha Mulia Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong (Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong ke X). Nama asli : Tuanku Jaafar ibni Al Marhum Tuanku Abdul Rahman


kerajaan bedahulu bali
Raja-raja Bedahulu

1. Sri Wira Dalem Kesari Warmadewa - (882-913)
2. Sri Ugrasena - (915-939)
3. Agni
4. Tabanendra Warmadewa
5. Candrabhaya Singa Warmadewa - (960-975)
6. Janasadhu Warmadewa
7. Sri Wijayamahadewi
8. Dharmodayana Warmadewa (Udayana) - (988-1011)
9. Gunapriya Dharmapatni (bersama Udayana) - (989-1001)
10. Sri Ajnadewi
11. Sri Marakata - (1022-1025)
12. Anak Wungsu - (1049-1077)
13. Sri Maharaja Sri Walaprabu - (1079-1088)
14. Sri Maharaja Sri Sakalendukirana - (1088-1098)
15. Sri Suradhipa - (1115-1119)
16. Sri Jayasakti - (1133-1150)
17. Ragajaya
18. Sri Maharaja Aji Jayapangus - (1178-1181)
19. Arjayadengjayaketana
20. Aji Ekajayalancana
21. Bhatara Guru Sri Adikuntiketana
22. Parameswara
23. Adidewalancana
24. Mahaguru Dharmottungga Warmadewa
25. Walajayakertaningrat (Sri Masula Masuli atau Dalem Buncing?)
26. Sri Astasura Ratna Bumi Banten (Dalem Bedahulu) - (1332-1343)
27. Dalem Tokawa (1343-1345)
28. Dalem Makambika (1345-1347)
29. Dalem Madura


silsilah kerajaan sriwijaya
Raja yang memerintah

* Jayanasa (prasasti Kedukan Bukit, 683 dan prasasti Talang Tuo, 684)
* Indravarman (sumber Tiongkok, 704-716, 724)
* Rudra vikraman atau Lieou-t'eng-wei-kong (sumber Tiongkok, 728)
* Dharmasetu (prasasti Ligor, 775)
* Sangramadhananjaya or Vishnu (teks Arab, 790)
* Samaratunga (792)
* Maharaja (sumber Arab, 851)
* Balaputra (prasasti Nalanda, 860)
* Sri Uda Haridana atau Cri Udayadityavarman (sumber Tiongkok, 960)
* Sri Wuja or Cri Udayadityan (sumber Tiongkok, 962)
* Hia-Tche (sumber Tiongkok, 980)
* Culamani varmadevan (sumber Tiongkok, 988, 1003; prasasti Tanjore atau prasasti Leiden, 1044)
* Maravijaya tungan or Maraviyayatungavarman (sumber Tiongkok, 1008; prasasti Leiden, 1044)
* Sumatrabhumi (sumber Tiongkok, 1017)
* Sri Sangrama vijayatungan atau Cri Sangarama vijayatungavarman (prasasti Chola, 1025)
* Sri Deva (sumber Tiongkok, 1028)
* Dharmaviran
* Sri Maharaja (sumber Tiongkok, 1156)
* Trailorajan (sumber Tiongkok, 1178)
* Maulibhusana Varmadevan (perunggu Buddha Chaiya, 1183)


Kerajaan Tidore

Tidore merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di gugusan kepulauan Maluku Utara, tepatnya di sebelah barat pantai pulau Halmahera. Sebelum Islam datang ke bumi Nusantara, pulau Tidore dikenal dengan nama; “Limau Duko” atau “Kie Duko”, yang berarti pulau yang bergunung api. Penamaan ini sesuai dengan kondisi topografi Tidore yang memiliki gunung api –bahkan tertinggi di gugusan kepulauan Maluku– yang mereka namakan gunung “Kie Marijang”. Saat ini, gunung Marijang sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore berasal dari gabungan tiga rangkaian kata bahasa Tidore, yaitu : To ado re, artinya, ‘aku telah sampai’.

Sejak awal berdirinya hingga raja yang ke-4, pusat kerajaan Tidore belum bisa dipastikan. Barulah pada era Jou Kolano Balibunga, informasi mengenai pusat kerajaan Tidore sedikit terkuak, itupun masih dalam perdebatan. Tempat tersebut adalah Balibunga, namun para pemerhati sejarah berbeda pendapat dalam menentukan dimana sebenarnya Balibunga ini. Ada yang mengatakannya di Utara Tidore, dan adapula yang mengatakannya di daerah pedalaman Tidore selatan.

Pada tahun 1495 M, Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi penguasa Tidore pertama yang memakai gelar Sultan. Saat itu, pusat kerajaan berada di Gam Tina. Ketika Sultan Mansyur naik tahta tahun 1512 M, ia memindahkan pusat kerajaan dengan mendirikan perkampungan baru di Rum Tidore Utara. Posisi ibukota baru ini berdekatan dengan Ternate, dan diapit oleh Tanjung Mafugogo dan pulau Maitara. Dengan keadaan laut yang indah dan tenang, lokasi ibukota baru ini cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.
Dalam sejarahnya, terjadi beberapa kali perpindahan ibukota karena sebab yang beraneka ragam. Pada tahun 1600 M, ibukota dipindahkan oleh Sultan Mole Majimo (Ala ud-din Syah) ke Toloa di selatan Tidore. Perpindahan ini disebabkan meruncingnya hubungan dengan Ternate, sementara posisi ibukota sangat dekat, sehingga sangat rawan mendapat serangan. Pendapat lain menambahkan bahwa, perpindahan didorong oleh keinginan untuk berdakwah membina komunitas Kolano Toma Banga yang masih animis agar memeluk Islam. Perpindahan ibukota yang terakhir adalah ke Limau Timore di masa Sultan Saif ud-din (Jou Kota). Limau Timore ini kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.

EKSPANSI TIDORE KE TIMUR NUSANTARA

Selain Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore juga merupakan salah satu Kerajaan besar di jazirah Maluku Utara yang mengembangkan kekuasaannya terutama ke wilayah selatan pulau Halmahera dan kawasan Papua bagian barat. Sejak 600 tahun yang lalu Kerajaan ini telah mempunyai hubungan kekuasaan dengan Irian Barat sebagai wilayah taklukannya, bahkan sampai ke beberapa Kepulauan di kawasan selatan lautan Pasific. Waktu itu, yang memegang kendali kekuasaan pemerintahan di Kerajaan Tidore, ialah Sultan Mansyur, Sultan Tidore yang ke 10.

Menurut (Almarhum) Sultan Zainal Abidin Syah “Alting”, Sultan Tidore yang ke 35, yang dinobatkan di Tidore pada tanggal 27 Perbruari 1947, yang bertepatan dengan tanggal 26 Rabiulawal 1366.H, bahwa Kerajaan Tidore terdiri dari 2 bagian, yaitu:

1. Nyili Gama. Yade Soa-Sio se Sangadji se Gimelahab. Nyili Gamtumdic. Nyili Gamtufkanged. Nyili Lofo-Lofo

2. Nyili Papua (Nyili Gulu-Gulu).a. Kolano Ngaruha (Raja Ampat)b. Papua Gam Sioc. Mavor Soa Raha

SILSILAH KERAJAAN SETELAH DAN SEBELUM MASUKNYA ISLAM

1. (……… – ………) Kolano Sah Jati2. (……… – ………) Kolano Bosamuangi3. (……… – ………) Kolano Subu4. (……… – ………) Kolano Balibunga5. (……… – ………) Kolano Duku Madoya6. (1317 – ………) Kolano Kie Matiti7. (……… – ………) Kolano Sele8. (……… – ………) Kolano Metagena9. (1334 – 1372) Kolano Nur ud-din10. (1373 – …?…) Kolano Hasan Syah11. (1495 – 1512) Sultan Ciriliati alias Jamal ud-din12. (1512 – 1526) Sultan Mansyur13. (1529 – 1547) Sultan Amir ud-din Iskandar Zulkarnain14. (1547 – 1569) Sultan Kie Mansyur15. (1569 – 1586) Sultan Miri Tadu Iskandar Sani Amir ul-Muzlimi, kimpoi dengan Boki Randan Gagalo, seorang puteri dari Sultan Babu’llah Datu Syah ibni Sultan Khair ul-Jamil.16. (1586 – 1599) Sultan Gapi Maguna alias Sultan Zainal Abidin Siraj ud-din aliasKaicil Siraj ul-Arafin, yang kimpoi dengan Boki Filola pada tahun 1585 seorang puteri dari sultan Ternate Sultan Said ud-din Barakat Syah ibni al-Marhum Sultan Babullah Datu Syah17. (1599 – 1626) Sultan Mole Majimu alias Molemgini Jamal ud-din alias ‘Ala ud-din Syah18. (1626 – 1633) Sultan Ngora Malamo alias Sultan ‘Ala ud-din ibni Sultan Jamal ud-din19. (1633 – 1653) Sultan Gorontalo alias Kaicil Sehe20. (1653 – 1657) Sultan Magiau alias Sultan Said ud-din ibni Sultan ‘Ala ud-din

21. (1657 – 1689) Sultan Syaif ud-din alias Kaicili Golofino22. (1689 – 1700) Sultan Hamzah Fakhr ud-din ibni al-Marhum Sultan Syaif ud-din23. (1700 – 170 Sultan Abul Falal al-Mansyur24. (1708 – 172 Sultan Hasan ud-din25. (1728 – 1756) Sultan Amir Muhid-din Bi-fallil-ajij alias Kaicil Bisalalihi26. (1756 – 1780) Sultan Jamal ud-din27. (1780 – 1784) Sultan Patra Alam28. (1784 – 1797) Sultan Kamal ud-din29. (1797 – 1805) Sultan Nuku alias Sultan Said-ul Jehad Muhammad al-Mabus Amir ud-din Syah alias Kaicil Paparangan alias Jou Barakati30. (1805 – 1810) Sultan Mohammad Zain al-Abidin31. (1810 – 1822) Sultan Mohammad Tahir (Wafat : 17 November 1821)32. (1822 – 1856) Sultan Akhmad-ul Mansyur (Dinobatkan 19 April 1822, wafat 11 Juli 1856)33. (1857 – 1865) Sultan Akhmad Safi ud-din alias Khalifat ul-Mukarram Sayid-din Kaulaini ila Jaabatil Tidore alias Jou Kota (Dinobatkan April 1857)34. (1867 – 1894) Sultan Johar Alam (Dinobatkan Agustus 1867)35. (1894 – 1905) Sultan Akhmad Kawi ud-din Alting alias Kaicil Syahjoan, (Dinobatkan Juli 1849) Pada masa ini Keraton Tidore dibumihanguskan sebagai sikap protes terhadap kebijakan pihak Belanda yang merugikan Tidore)36. (1947 – …….) Sultan Zain al-Abidin “Alting” Syah (Dinobatkan di Tidore pada tgl. 27 Perbruari 1947, bertepatan dengan tgl. 26 Rabiulawal 1366-H)37. (Sekarang) Sultan Djafar “Dano Yunus” Syah

MASA KEJAYAAN TIDORE

Tidore mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Nuku alias Sultan Said-ul Jehad Muhammad al-Mabus Amir ud-din Syah alias Kaicil Paparangan yang oleh kawula Tidore dikenal dengan sebutan Jou Barakati. Pada masa kekuasaannya 1797 - 1805), wilayah Kerajaan Tidore mencakup kawasan yang cukup luas hingga mencapai Kepulauan Pasifik bagian selatan.
Wilayah sekitar pulau Tidore yang menjadi bagian wilayahnya adalah Papua, gugusan pulau-pulau Raja Ampat dan pulau Seram Timur. Di Kepulauan Pasifik bagian selatan, kekuasaan Tidore, mencakup :
1. Mikronesia2. Melanesia3. Kepulauan Kapita Gamrange4. Kepulauan Solomon5. Kepulauan Marianas6. Kepulauan Marshal7. Ngulu,8. Fiji, dan9. Vanuatu.

Beberapa pulau dan daerah di Pasifik selatan yang hingga hari ini masih menggunakan identitas nama daerah dengan embel-embel Nuku, adalah :a. Kepulauan Nuku Lae-laeb. Nuku Maboroc. Nuku Wanged. Nuku Naue Nuku Orof. Nuku Fetaug. Nuku Nonoh. Nuku Haifa, dani. Nuku Alovaj. Wilayah lainnya yang termasuk dalam kekuasaan Tidore adalah Haiti.

Di masa Sultan Nuku yang hanya berkuasa sekitar delapan tahun inilah, Kerajaan Tidore mencapai masa kegemilangan dan menjadi kerajaan besar yang wilayahnya paling luas dan disegani di seluruh kawasan itu, termasuk oleh kolonial Eropa. Di masa Sultan Nuku juga, kekuasaan Tidore sampai ke Kepulauan Pasifik di luar wilayah Nusantara. Menurut catatan sejarah Tidore, Sultan Nuku sendiri yang datang dan memberi nama pulau-pulau yang ia kuasai, dari Mikronesia hingga Melanesia dan Kepulauan Solomon. Nama-nama pulau di pasifik selatan yang masih memakai nama Nuku hingga saat ini adalah Nuku Hifa, Nuku Oro, Nuku Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono seperti yang diuraikan di atas..


KERAJAAN TERNATE

1.Kerajaan Ternate

Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing - masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga), merekalah yang pertama – tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah – rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktifitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.

Tahun 1257 momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai Kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai “Gam Lamo” atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.

a.Kehidupan politik Sebelum masuknya islam

Di masa – masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut Kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan gelar Sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.

Setelah Sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan Jogugu (perdana menteri) dan Fala Raha sebagai para penasihat. Fala Raha atau Empat Rumah adalah empat klan bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole di masa lalu, masing – masing dikepalai seorang Kimalaha. Mereka antara lain ; Marasaoli, Tomagola, Tomaito dan Tamadi. Pejabat – pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan – klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan – jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange (Dewan 18), Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji.

Selain Ternate, di Maluku juga terdapat paling tidak 5 kerajaan lain yang memiliki pengaruh. Tidore, Jailolo, Bacan, Obi dan Loloda. Kerajaan – kerajaan ini merupakan saingan Ternate memperebutkan hegemoni di Maluku. Berkat perdagangan rempah Ternate menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dan untuk memperkuat hegemoninya di Maluku Ternate mulai melakukan ekspansi. Hal ini menimbulkan antipati dan memperbesar kecemburuan kerajaan lain di Maluku, mereka memandang Ternate sebagai musuh bersama hingga memicu terjadinya perang. Demi menghentikan konflik yang berlarut – larut, raja Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja – raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Butir penting dari pertemuan ini selain terjalinnya persekutuan adalah penyeragaman bentuk kelembagaan kerajaan di Maluku. Oleh karena pertemuan ini dihadiri 4 raja Maluku yang terkuat maka disebut juga sebagai persekutuan Moloku Kie Raha (Empat Gunung Maluku).

b.Silsilah Kerajaan sebelum masuknya islam

-Kaicil MASHUR MALAMO 1257 – 1277 adalah pemimpin Kerajaan pertama dengan menggunakan titel Kolano. bertempat tinggal di Sampalu, Gamlamo Tua.

-Kaicil JAMIN , 1272 – 1284

-Kaicil KAMALU , 1284 – 1298

-Kaicil BAKUKU , 1284 – 1304 Pada masa Pemerintahannya, pusat pemerintahan kerajaan dipindahkan ke Foramadiahe

-Kaicil NGARA MALAMO , 1304 – 1317

-Kaicil PATSARANGAH MALAMO , 1317 – 1322

-Kaicil SIDANG ARIF MALAMO, 1322 – 1331 Kempat Kerajaan Maluku menyetujui suatu Perserikatan berdasarkan persekutuan Moti ( Moti Verbond ).Pada masa ini banyak orang Jawa dan Arab berdiam di Ternate.

-Kaicil PAJIMALAMO, 1332–1332

-Kaicil SAH ALAM , 1332 – 1343 Ia memasukkan Pulau Makian di bawah kekuasaan Kerajaan Ternate

-Kaicil TULU MALAMO ,1343 – 1347 Perjanjian Moti dibatalkan.

-Kaicil KIE MABIJI , 1347 – 1350

-Kaicil NGOLO MACAHAYA ,1350 – 1357

-Kaicil MAMOLO , 1357 – 1372

-Kaicil GAPI MALAMO I , 1359 – 1372

-Kaicil GAPI BAGUNA I , 1372 – 1377 Putra tertuanya kawin dengan Putri Kerajaan Jailolo dan dengan demikian menjadi ahli waris Kerajaan ini.

-Kaicili KAMALU 1377 – 1432

-Kaicil SIN ( GAPI BAGUNA II ) 1432 – 1465

-Kaicil MARHOEM 1465 – 1486 Putranya adalah Sultan ZAINAL ABIDIN.


Kerajaan Pagaruyung

Nama untuk daerah kekuasaan Adityawarman yang dipagari ruyung pohon kuamang di wilayah kabupaten Tanah Datar sekarang.

Kerajaan Pagaruyuang adalah kerajaan yang pernah berdiri meliputi wilayah Sumatra Barat sekarang dan daerah2 sekitarnya. Ibukotanya berada di Nagari Pagaruyuang, Kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran majapahit bernama Adityawarman pada tahun 1347 M. Dan kerajaan ini menjadi Kesultanan Islam sekitar tahun 1600-an.

Walaupun Adityawarman merupakan pangeran dari majapahit ia sebenarnya memiliki darah melayu. Dalam sejarahnya pada tahun 1286 Raja Kertanegara dari Singosari menghadiahkan Arca Amogapacha untuk kerajaan Darmasraya di Minangkabau. Sebagai balasan Raja Darmasraya memperkenankan dua putrinya Dara petak dan Dara jingga untuk dibawa dan dipersunting oleh bangsawan Singosari. Dari perkimpoian Dara Jingga inilah kemudian lahir Adityawarman. Setelah Singosari runtuh berdirilah kerajaan Majapahit dan Adityawarman merupakan seorang pejabat dari majapahit. Yang kemudian Dia dikirim ke Darmasraya sebagai penguasa daerah tersebut.

Namun kemudian justru Adityawarman melepaskan diri dari pengaruh Majapahit.Tertulis pada prasasti dengan tahun 1347, disebutkan bahwa Adityawarman menobatkan diri sebagai raja Daerah tersebut. Daerah kekuasaannya disebut Pagaruyuang karena Ia memagari daerah tersebut dengan ruyung agar aman dari gangguan pihak luar ( fort level 1).
Sebelum kerajaan ini berdiri sebenarnya masyarakat di wilayah minangkabau sudah memiliki sistem politik semacam konfederasi yg merupakan lembaga musyawarah dari berbagai nagari dan luhak. Dilihat dari kontinuitas sejarah, kerajaan pagaruyuang merupakan perubahan sistem administrasi semata bagi masyarakat setempat.

dstnya bisa menggunakan google ........

Sesudah Adityawarman meninggal kerajaan Pagaruyuang yang tidak lagi mempunyai raja yang merupakan keturunan darah langsung dari Adityawarman. Sedangkan Ananggawarman yang dikatakan dalam salah satu prasasti Adityawarman sebagai anaknya tidak pernah memerintah, karena kekuasaan Adityawarman langsung digantikan oleh Yang Dipertuan Sultan Bakilap Alam. Dari sebutan raja itu saja, kelihatannya sesudah Adityawarman raja yang menggantikannya sudah menganut agama Islam.

Adanya Sultan Bakilap Alam sebagai raja Minangkabau Pagaruyung dijelaskan oleh Tambo Minangkabau. Dengan sudah dianutnya agama Islam oleh pengganti Adityawarman, maka hilang pulalah pengaruh agama Budha yang dianut Adityawarman di Minangkabau.

Sampai dengan pertengahan abad ke-16 sesudah Adityawarman tidak memperoleh keterangan yang lengkap mengenai kerajaan Pagaruyung. Rupanya sesudah Adityawarman meninggal, kerajaan Majapahit kembali berusaha untuk menguasai Pagaruyuang serta Selat Malaka. Tetapi usaha tersebut gagal kaena angkatan perang kerajaan Majapahit yang datang dari arah pantai timur dikalahkan oleh tentara Pagaruyuang dalam pertempuran di Padang Sibusuak tahun 1409.

Akibat pertempuran Padang Sibusuak itu membawa akibat yang sangat besar dalam struktur pemerintahan kerajaan Pagaruyung selanjutnya. Semasa Adityawarman menjadi raja, pemerintahan bersifat sentralisasi menurut sistem di Majapahit. Tetapi sesudah pertempuran Padang Sibusuak itu, nagari-nagari di Minangkabau membebaskan diri dari kekuasaan yang berpusat di Pagaruyuang.

Dari berita Tambo Pagaruyung dapat diketahui bagaimana keadaan Pagaruyung sesudah Adiyawarman demikian pula wawancara dengan S.M. Taufik Thaib SH. Dikatakan mengenai silisilah raja-raja Pagaruyung adalah sebagai berikut:

* Adityawarman (1339-1376)
* Ananggawarman (1376)
* Yang Dipertuan Sultan Bakilap Alam
* Yang Dipertuan Sultan Pasambahan
* Yang Dipertuan Sultan Alif gelar Khalifafullah
* Yang Dipertuan Sultan Barandangan
* Yang Dipertuan Sultan Patah (Sultan Muning II)
* Yang Dipertuan Sultan Muning III
* Yang Dipertuan Sultan Sembahwang
* Yang Dipertuan Sultan Bagagar Syah
* Yang Dipertuan Gadih Reni Sumpur 1912
* Yang Dipertuan Gadih Mudo (1912-1915)
* Sultan Ibrahim 1915-1943 gelar Tuanku Ketek
* Drs. Sultan Usman 1943 (Kepala Kaum Keluarga Raja Pagaruyung)

-------------------------------
Sultan Terakhir Pagaruyuang
Ketika meletus perang Paderi tahta Pagaruyuang dipegang oleh Raja Muning Shah alias Tuanku Nan Tuah. Raja Muning Shah berhasil menyelamatkan diri dari kejaran kaum Paderi. Raja Muning Shah ini mempersunting Tuan Gadis, tetapi kemudian bercerai dan Tuan Gadis kembali ke Suruasso. ketika itu Raja Muning Shah bersembunyi di Lubuk Jambi. Maka dianggap Sultan Alam Bagagar Shah yang menggantikannya. Tuanku Alam Bagagarshah ini adalah putra dari saudara perempuan jadi menurut adat istiadat negeri ini, merupakan pengganti yang sah dari Raja Muningsyah tersebut. Ia kemudian menjadi Regent Tanah Datar.

Ketika Belanda datang, Sultan Alam Bagagar Shah disertai banyak pemukapemuka adat Minangkabau lainnya, dikumpulkan Belanda dengan dalih untuk “melindungi mereka dari ancaman Paderi”. Waktu itu Belanda sudah mengawal mereka dengan 100 orang serdadu ditambah 2 buah meriam besar.

Peristiwa initerjadi pada 10-2-1821 mereka ketika itu dipaksa dengan ancaman harus menandatangani Pernyataan untuk melepaskan semua tanah Minangkabau kepada Hindia Belanda. Mereka yang menandatangani di bawah ancaman Belanda itu ialah:
- Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarshah
- Yang Dipertuan Sutan Kerajaan Alam dari Suruasso
- Yang Dipertuan Raja Tangsir Alam dari Suruasso
- Datuak Basuko dan Datuk Mudo dari Batipuah
- Datuak Rajo Mudo dan Datuk Palindih dari Singkarak
- Datuak Rajo Mudo dan Datuk Rajo Bagagar dari Saniangbakar
- Datuak Rajo Nan Sati dari Bungo Tanjuang
- Datuak Gadang Maharajolelo dari Pitalah
- Datuak Sati dari Tanjuang Barulak
- Datuak Rajo Bukik dari Gunuang Rajo
- Datuak Panghulu Basa dari Batusangka
- Datuak Maharajo Lelo dai Sumpua
- Datuak Seripado dari Malalo
- Datuak Nahkoda Intan Datuak Paduko dari Simawang


Daftar Sultan-sultan Deli

1. Tuanku Panglima Gocah Pahlawan 1632-1669
2. Tuanku Panglima Parunggit 1669-1698
3. Tuanku Panglima Padrap 1698-1728
4. Tuanku Panglima Pasutan 1728-1761
5. Tuanku Panglima Gandar Wahid 1761-1805
6. Sultan Amaluddin Mangendar 1805-1850
7. Sultan Osman Perkasa Alam Shah 1850-1858
8. Sultan Mahmud Al Rasyid 1858-1873
9. Sultan Ma'moen Al Rasyid 1873-1924
10. Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah 1924-1945
11. Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah 1945-1967
12. Sultan Azmy Perkasa Alam Alhaj 1967-1998
13. Sultan Otteman Mahmud Perkasa Alam 5 Mei 1998–21 Juli 2005
14. Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alam 22 Juli 2005–saat ini


silsilah kesultanan siak indrapura
Daftar Sultan Siak

Berikut adalah daftar sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura.

1. Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I (1725-1746)
2. Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah II (1746-1765)
3. Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766)
4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780)
5. Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782)
6. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784)
7. Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810)
8. Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815)
9. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854)
10. Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin I (Syarif Kasyim I, 1864-1889)
11. Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908)
12. Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin I (Syarif Kasyim II), (1915-1949)


silsilah kesultanan serdang
Penguasa

* 1728-1782 Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Syah bin Tuanku Panglima Paderap [Kejeruan Junjungan], Raja Serdang
* 1782-1822 Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Syah ibni al-Marhum Tuanku Umar [Al-Marhum Kacapuri], Raja Serdang.
* 1822-1851 Sultan Thaf Sinar Basyar Syah ibni al-Marhum Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Shah [Al-Marhum Besar], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
* 1851-1879 Sri Sultan Muhammad Bashar ud-din Saif ul-'Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Thaf Sinar Bashar Shah [Al-Marhum Kota Batu], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
* 1879-1946 Sri Sultan Tuanku Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Bashar un-din [Al-Marhum Perbaungan], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang

Kepala Rumah Tangga

* 1946-1960 Tuanku Rajih Anwar ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Tengku Putra Mahkota, Kepala Rumah Tangga Istana Serdang

Sultan

* 1960-2001 Sri Sultan Tuanku Abu Nawar Sharifu'llah Alam Shah al-Haj ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Sultan dan Kepala Rumah Tangga Istana Serdang
* 2001 Sri Sultan Tuanku Lukman Sinar Bashar Shah II ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Sultan dan Kepala Rumah Tangga Istana Serdang.


Silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :


[*]Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
[*]Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
[*]Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
[*]Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
[*]Maharaja (berita Arab, 851 M)
[*]Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
[*]Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
[*]Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
[*]Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
[*]Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
[*]Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)


Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia

Wangsa Stuart
Inggris dan Skotlandia resmi menjadi satu pada 1 Mei 1707 melalui UU Acts of Union 1707.
Anne, 1 Mei 1707 - 1714

Wangsa Hanover
George I, 1 Agustus 1714-1727
George II, 11 Juni 1727-1760
George III, 25 Oktober 1760-1820
George IV, 29 Januari 1820-1830
William IV, 26 Juni 1830-1837
Victoria, 20 Juni 1837-1901

Wangsa Saxe-Coburg-Gotha
Meskipun merupakan anak dan ahli waris Victoria, Edward VII mewarisi nama ayahnya yang keturunan Jerman.
Edward VII, 22 Januari 1901-1910

Wangsa Windsor
Nama wangsa Saxe-Coburg-Gotha dirubah menjadi Windsor pada tahun 1917 karena berbau Jerman dan pada Perang Dunia I terdapat sentimen anti-Jerman.
George V, 6 Mei 1910-1936
Edward VIII, 20 Januari-11 Desember 1936
George VI, 11 Desember 1936-6 Februari 1952
Elizabeth II, 6 Februari 1952-sekarang

[*]Suami Ratu: Pangeran Philip.
[*]Putra Mahkota: Pangeran Charles, lalu putra tertua, Pangeran William, kemudian Pangeran Harry.
[*]Putra-putri Elizabeth dan Philip lainnya: Putri Anne, Pangeran Andrew, Pangeran Edward.
[*]Ibu Suri: (meninggal 30 Maret 2002) Elizabeth Bowes-Lyon


SILSILAH RAJA-RAJA DI KERAJAAN ISLAM PIDIER


[*]maharaja sulaiman nur (putera sultan husen syah)
[*]maharaja syamsu syah
[*]maharaja malek ma'aruf syah (putra raja sulaiman nur dengan gelar syahir dauli, mangkat pada tahun 916K (1511M)
[*]maharaja ahmad syah (syahir dauli) mangkat pada tahun 926H (1520M)
[*]maharaja husen syah, putera maharaja ma'aruf syah)
[*]maharaja sayidil mukammil, putera raja firmansyah menjadi sultan aceh pada tahun 997 - 1011 H belau adalah kakek sultan iskandar muda (ayah dari ibunya)
[*]maharaja husen syah putera raja sayyidil mukammil
[*]maharaja orang kaya, meurah poli negeri keumangan
[*]maharaja keumangan porah (po meurah) syahir poli
[*]pang ulee peunoro, meurah po itam/bentara keumangan
[*]pang ulee peunaro, meurah po puan/bentara keumangan
[*]pang ulee peunaro, meurah po tahir/bentara keumangan
[*]pang ulee peunaro, meurah po seumar
[*]pang ulee peunaro, meurah po lateh
[*]teuku keumangan yusuf (setelah prang aceh - belanda pada tahun 1877)
[*]teuku keumangan Umar, Ulee balang IX- mukim keumangan Pidie


SILSILAH KERAJAAN BERAU / PENJELASAN

1. Berdasarkan data – data otentik dari :
• Sejarah Berau disusun oleh Kontler J.S. Krom, Sultan Sambaliung Muhammad Aminuddin, Sultan Gunung Tabur Achmad Maulana.

• Tim Penulis : Klerk Lauw, Aji Berni Massuarno, Datu Ulang, Aji Raden Ayub dibantu oleh Abdulwahab, Alluh Bachrun, Adam, Chairul Arif, tahun 1939 / 1940.

• Sejarah Berau, milik Museum Mulawarman Tenggarong.

• Hasil Penelitian Tim Pencari Fakta dari Kodam IX Mulawarman 1980 terdiri dari : Mayor Armyn, Kapten Syahranuddin, Drs. Syahrial Hanan, Mohd. Noor. ERS.

• Sejarah Pemerintah di Kalimantan Timur dari Masa ke Masa oleh Pemda Tk. I KALTIM tahun 1990.

2. Silsilah Raja – Raja Berau, Ketika Kerukunan Dan Keutuhan Wilayah Masih Terpelihara Dengan Baik
• Raja Berau pertama Baddit Dipattung gelar Aji Surya Nata Kesuma Isterinya Baddit Dikurindan gelar Aji Permaisuri.
• Aji Nikullam
• Aji Nikutak
• Aji Nigindang
• Aji Panjang Ruma
• Aji Tumanggung Barani. Pada zaman pemerintahan raja ini, mulai diterapkan hukum islam. Didalam Undang-undang kerajaan yang bernama Pamatang Ammas (hukum pidana dan perdata) ditambah satu pasal “Pencuri dipotong tangannya”. Menurut “Sejarah Sumatera Barat” yang diterbitkan Depdikbud 1978 halaman 49 bebunyi :“Raja Baginda yang membawa agama islam ke Kalimantan Utara dan Kepulauan Sulu dan mengembangkannya tahun 1390 M”.

• Aji Suraraja
• Aji Surga Balindung
• Aji Dilayas

3. Sengketa Pergantian Raja Berau Terbagi Tiga Kerajaan
Pada permulaan abad ke XVII pergantian raja secara teratur dari ayah kepada anak seperti yang terjadi 9 generasi terdahulu tidak terbagi lagi. Masalahnya Aji Dilayas raja ke IX berputera dua orang Pangeran yang berlainan ibu yaitu Pangeran Tua dan Pangeran Dipati. Sesudah Aji Dilayas mangkat kedua pangeran ini,masing-masing didukung keluarga ibunya bersikeras mau manjadi raja.

Akhirnya keputusan musyawarah kerajaan kedua pangeran dan Seterusnya, keturunannya berganti-ganti menjadi raja. Pergantian raja secara bergiliran itu adalah sebagai berikut :
Oleh penulis sejarah tradisional tidak pernah dicantumkan masa tahun pemerintahan raja-raja itu.
• Giliran Pertama ialah Pangeran Tua
• Giliran Kedua saudaranya Pangeran Dipati
• Giliran Ketiga Sultan Aji Kuning anak Pangeran Dipati
• Giliran Keempat Sultan Hasanuddin Marhum di Kuran anak dari Pangeran Tua.
• Giliran Kelima Sultan Zainal Abidin kemenakan Sultan Aji Kuning turunan Pangeran Dipati. Menurut Kontler J.S. Krom dalam memorinya, kira-kira tahun 1720 pada pemerintahannya Sultan Zainal Abidin, menrapkan syariat islam di kerajaan Berau. Semasa hidupnya sangat dihormati rakyat. Makamnya dianggap keramat.

• Giliran Keenam Sultan Badaruddin menjadi raja pihak keturunan Pangeran Tua melakukan protes, karena turunan Dipati sudah ongkar perjanjian. Mereka sudah empat kali mendapat giliran menjadi raja, sedang turunan Pangeran Tua baru dua kali. Insiden dapat diatasi, pihak keluarga Pangeran Dipati memberikan kompensasi, sesudah habis masa pemerintahan Sultan Badaruddin turunan Pangeran Tua memperoleh giliran 2 kali berturut-turut menjadi raja.
• Giliran Ketujuh Sultan Salehuddin turunan Pangeran Tua.
• Sultan Amirilmukminin bin Sultan Hasanuddin turunan Pangeran Tua.
• Si Taddan Raja Tua atau Sultan Zainal Abidin II Putera tertua dari Sultan Badaruddin turunan dari Pangeran Dipati. Beberapa tahun ia memerintah, raja ini ditimpa penyakit cacar yang sangat parah. Ketika sembuh dari penyakitnya itu, ia berbicara seperti orang bisu sehingga perkataannya tidak dapat dipaham. Hasil kesepakatan orang tua-tua kerajaan, raja harus diganti. Pada waktu menentukan giliran siapa diantara turunan kedua pengeran itu akan menggantikan Si Taddan Raja Tua, terjadi kericuan.

4. Bulungan dan Tidung Memisahkan Diri Membentuk Kesultanan Sendiri
Karena terjadinya kericuan dan insiden pada waktu menetapkan giliran siapa yang harus menjadi raja dari kedua keturunan pangeran itu, kekuasaan pusat pemerintahan yang berkedudukan di Muara bangun hampir tiada berfungsi lagi. Dalam situasi yang tidak menentu itu, daerah Bulungan dan Tidung berkesempatan melepaskan diri dari kesatuan wilayah kekuasaan Berau dan membentuk kesultanan sendiri pada tahun 1800.

5. Wilayah Inti Kerajaan Berau Terpecah Dua
Pemerintahan kerajaan Berau terpaksa harus pasrah kasus Bulungan dan Tidung, karena segala tenaga dan pikiran mereka dipusatkan untuk mengatasi kekacauan perebutan kekuasaan antara turunan Pangeran Tua dan Turunan Pangeran Dipati.
Gazi Mahyudin adik Sultan Zainal Abidin II bersikeras menggantikan kakaknya yang sakit-sakitan itu alasannya kakaknya baru beberapa tahun menjadi raja.

Raja Alam Putera Sultan Amiril Mukminin turunan Pangeran Tua, merasa lebih berhak mendapat giliran menjadi raja, alasannya turunan Pangeran Tua baru empat kali. Suasana semakin tegang, yang mengakibatkan terjadinya insiden di beberapa tempat. Musyawarah kerajaan dan kedua keluarga Pangeran, karena hampir setiap giliran yang akan menjadi raja, timbul persengketaan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup kedua keluarga itu, dapat memutuskan lebih akan bermanfaat wilayah itu dibagi atas kesultanan.
Pertama : Sebelah Utara Sungai Berau (Kuran) serta tanah kiri kanan sungai Segah menjadi Kerajaan Gunung Tabur diperintah oleh Sultan Gazi Mahyudin (Sultan Aji Kuning II).
Kedua : Sebelah Selatan Sungai Berau (Kuran) dan tanah kiri kanan sungai Kelay menjadi Kerjaan Sambaliung di perintah oleh raja Alam (Sultan Alimuddin). Kedudukan Pemerintahan di Muara Bangun dipindahkan. Sultan Aji Kuning memilih Gunung Tabur yang terletak di sebelah kanan muara cabang sungai Segah sebagai pusat pemerintahannya dan Sultan Alimuddin Raja Alam memindahkan pusat pemerintahannya di kampong Gayam sebelah kanan masuk sungai Kelay, disebut Tanjoeng. Sesuai dengan keputusan Seminar Hari Jadi Kota Tanjung Redeb tahun 1992 peristiwa itu terjadi pada tahun 1810, sepuluh tahun sesudah Bulungan dan Tidung memisahkan diri.

Sultan Raja Alam Alimuddin inilah sultan pertama dari Tanjung yang kemudian bernama kerajaan Sambaliung, sedang ayahnya Sultan Amiril Mukminin atau marhum di Rijang (sungai kecil dekat kampong Gurimbang) adalah raja giliran ke IX kerajaan Berau.

Gazi Mahyudin atau Sultan Aji Kuning II, sultan pertama dari kerajaan Gunung Tabur sedang kakaknya Raja Tua Si Taddan (Sultan Zainal Abidin II adalah Raja Berau giliran ke X. Setelah kerajaan Berau terbagi dua, kedua kesultanan itu hidup berdampingan secara damai, karena mereka sadar bahwa mereka berasal satu rumpun keluarga besar Aji Surya Nata Kesuma, hanya penulis-penulis sejarah Belanda, membesar-besarkan perbedaan pendapat antara kedua kesultanan itu, sesuai dengan politik adu domba demi suksesnya penjajahan mereka. Hal ini terbukti pada peristiwa sejarah berikutnya.


Kesultanan Gunung Tabur

1. Sejarah

Kesultanan Gunung Tabur merupakan pecahan dari Kerajaan Berau. Bersama dengan Kesultanan Sambaliyung, Kesultanan Gunung Tabur pernah menyatu dalam satu nama dan sistem pemerintahan Kerajaan Berau. Awal mula perpecahan tersebut terjadi pada abad ke-17, yaitu ketika penjajah Belanda memasuki Kerajaan Berau dengan berkedok sebagai pedagang (VOC). Belanda kemudian menerapkan “devide et empera” (politik perpecahan) pada tahun 1810 yang menyebabkan Kerajaan Berau terpecah. Pecahnya kerajaan ini bersamaan dengan masuknya ajaran agama Islam ke Berau yang dibawa oleh Imam Sambuayan dengan pusat penyebarannya di sekitar Desa Sukan.

Kesultanan Gunung Tabur terletak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Fakta sejarah yang dapat membuktikan adanya kesultanan ini adalah istana Gunung Tabur. Bagan istana ini sebenarnya telah rusak sejak Perang Dunia ke-2. Namun, secara umum bangunan istana masih bisa dinikmati peninggalan sejarahnya. Letak istana ini berhadap-hadapan dengan Istana Sambaliyung. Istana Gunung Tabur terletak di tepi Sungai Sagan dan Istana Sambaliyung terletak di tepi Sungai Kelay.

Peninggalan kesultanan ini, di samping istana, juga terdapat Keraton Gunung Tabur. Letak keraton ini juga berhadapan dengan Keraton Sambaliyung yang dibelah oleh Sungai Berau. Tempat ini kemudian berubah sebagai Museum Batiwakkal, yang bisa dijangkau dalam waktu sekitar 20 menit melalui jembatan Segah atau tiga menit jika memilih naik ketinting. Museum ini dibangun pada 1990 dan diresmikan pada 1992. Di museum ini tersimpan sekitar 700 koleksi berharga berupa benda sejarah, keramik, benda arkeologis, etnografis, dan naskah. Kini, musem ini telah menjadi tempat wisata yang menarik dikunjungi oleh wisatawan. Para pengunjung juga dapat melihat kediaman Putri Keraton Gunung Tabur.

2. Silsilah

Silsilah Sultan dalam Kesultanan Gunung Tabur adalah sebagai berikut:
Zainul Abidin II bin Badruddin (1820-1834)
Ayi Kuning II bin Zainul Abidin (1834-1850)
Amiruddin Maharaja Dendah I (1850-1876)
Hasanuddin II Maharaja Dendah II bin Amiruddin (1876-1882)
Si Atas (1882- …)
(Bupati) Maulana Ahmad (…-1921)
Muhammad Khalifatullah Jalaluddin (1921-1951)
Aji Raden Muhammad Ayub (1951 - 1960)

NB: Masih ada sejumlah sultan yang belum tercatat secara lengkap periode kekuasaannya.

3. Periode Pemerintahan

Kesultanan Gunung Tabur berdiri sejak terpisah dari Kerajaan Berau, yaitu sejak tahun 1820 hingga menyatu kembali dalam tata pemerintahan Kabupaten Berau pada tahun 1960. Artinya bahwa kesultanan ini sempat eksis selama hampir satu setengah abad. Pada tahun 1960, bersama dengan Kesultanan Sambaliyung, Kesultanan Gunung Tabur secara resmi dihapuskan eksistensinya melalui keputusan parlemen Indonesia. Kesultanan Gunung Tabur kemudian menjadi nama sebuah kecamatan dalam lingkup Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

4. Wilayah Kekuasaan

Sebelum menyatu dengan Kabupaten Berau, wilayah kekuasaan Kesultanan Gunung Tabur meliputi daerah yang kini dikenal dengan nama Kecamatan Gunung Tabur.

5. Struktur Pemerintahan

6. Kehidupan Sosial-Budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar